Jual beli barang bekas adalah hal yang lazim dilakukan oleh masyarakat di Negara-negara barat. Biasanya mereka melakukan aktivitas jual beli barang bekas dalam suatu kegiatan yang disebut garage sale.
Sebuah keluarga yang sedang melakukan garage sale atau jual barang bekas, biasanya memasang tulisan pengumuman besar di depan rumahnya. Dan barang-barang bekas yang akan dijual, diletakkan di garasi, dari sinilah asal mula istilah garage sale.
Pengunjung yang datang adalah tetangga sekitar atau orang-orang yang kebetulan lewat. Tujuan utama dari keluarga yang melakukan garage sale, atau jual barang bekas, bukan semata untuk cari uang, melainkan untuk mengosongkan isi gudangnya yang sudah semakin penuh. Hasil penjualan, biasanya disumbangkan kepada badan amal atau gereja. Namun tentunya ada juga, satu dua kasus karena sedang terdesak faktor keuangan.
Toko Second Change
Toko-toko yang menjual barang bekas juga terdapat banyak di Negara-negara Eropa dan Amerika. Namun, toko barang bekas ini hanya menjual barang-barang merk terkenal. Biasanya pakaian, sepatu, tas, kacamata, pulpen, peralatan olah raga, penjepit dasi, buku, benda seni dan sisa parfum.
Toko seperti ini biasa disebut toko second change atau second hand. Mungkin dari istilah ini pula kita juga menyebut barang bekas sebagai barang second.
Menilik fenomena ini, maka jual beli barang bekas ternyata juga jadi kebiasaan masyarakat menengah atas di Negara-negara maju. Ini terbukti dengan banyaknya toko-toko second change, yang menjual produk-produk merk ternama.
Bahkan, pengunjung toko ini kebanyakan juga dari masyarakat terdidik, yang melek merk dan mode. Baik itu masyarakat lokal setempat, ataupun turis asing dari mancanegara.
Sebenarnya banyak juga orang Indonesia yang berburu gengsi untuk mendapat barang bagus dengan harga murah ketika berkunjung ke luar negeri. Mereka mengunjungi toko-toko second change ini dan menjadikannya sebagai tujuan favorit. Karena toko-toko second change memiliki standar kualitas yang selektif dalam menjual barang bekas.
Biasanya kondisi barang yang dijual masih 80 bahkan 100 persen baik. Bagi yang beruntung, bisa jadi akan mendapatkan barang yang belum pernah dipergunakan sama sekali oleh pemiliknya. Kebanyakan barang-barang seperti ini adalah barang yang diperoleh sebagai hadiah, dan kebetulan tidak dibutuhkan, oleh pemiliknya. Atau bisa juga karena dia tidak suka dengan barang tersebut.
Di Indonesia, pada mulanya keberadaan toko-toko jual beli barang bekas ini hanya bisa dijumpai di kota-kota besar. Namun, setelah terjadinya krisis ekonomi 1998 lalu, penjual barang bekas seperti ini semain banyak, dan tersebar hampir di semua kota. Bahkan, untuk baju-baju merk ternama bisa kita jumpai di kaki lima dengan harga yang sangat murah, namun dengan kondisi di bawah 50 persen.
Laman: 1 2 3